M08 Jawaban Latihan Soal

Jawaban Pilihan Ganda

1. b) Interaksi dan dampak perusahaan terhadap masyarakat sekitar.

2. d) Harga saham perusahaan.

3. b) Aspek sosial sangat tergantung pada konteks sosial, budaya, dan historis.

4. c) Filantropi perusahaan dan kontribusi sukarela.

5. b) Semua pihak yang dipengaruhi atau dapat memengaruhi perusahaan.

6. d) Maksimalisasi keuntungan.

7. b) Penciptaan nilai ekonomi dan sosial secara simultan.

8. b) Keuntungan, dampak terhadap manusia, dan dampak terhadap planet.

9. b) Persetujuan berkelanjutan dari komunitas lokal untuk operasi perusahaan.

10. b) Struktur ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

11. b) Aspek budaya, nilai, dan identitas masyarakat.

12. b) Hubungan kekuasaan, pengambilan keputusan, dan struktur politik.

13. b) UU No. 40 Tahun 2007.

14. c) ISO 26000.

15. b) Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

16. b) Pergeseran dari pendekatan sukarela menuju kewajiban legal.

17. b) Keterlibatan sosial dapat memberikan manfaat finansial bagi perusahaan.

18. b) Persepsi dan sikap masyarakat.

19. d) 17

20 a) Environment, Social, and Governance

Jawaban Soal Uraian

1. Perbedaan Aspek Sosial dan Ekonomi dalam Bisnis

Aspek ekonomi berfokus pada laba, efisiensi, dan pertumbuhan bisnis. Sementara aspek sosial menyangkut dampak dan interaksi bisnis dengan masyarakat, seperti etika kerja, kesejahteraan komunitas, dan keberlanjutan sosial.

Contoh: Perusahaan Feraro Farm melakukan edukasi dan menyediakan pelatihan keterampilan bagi warga sekitar (aspek sosial).



2. Pentingnya Teori Pemangku Kepentingan

Teori ini penting karena membantu perusahaan memperhatikan berbagai pihak yang terlibat, tidak hanya pemegang saham.

Contoh: Perusahaan pertambangan memperhatikan warga lokal, pemerintah, dan LSM dalam pengambilan keputusan operasional.



3. Creating Shared Value (CSV)

CSV adalah strategi bisnis yang menciptakan nilai ekonomi sekaligus menyelesaikan masalah sosial. CSV lebih terintegrasi dalam strategi bisnis dibanding CSR tradisional yang sering bersifat filantropis.

Contoh: Nestlé meningkatkan produktivitas petani lokal sambil menjaga rantai pasoknya.

4. Konsep Triple Bottom Line (TBL)

TBL mengukur keberhasilan berdasarkan 3P: People (manusia), Planet (lingkungan), dan Profit (laba).

Contoh pengukuran: Tingkat emisi karbon (Planet), kepuasan karyawan (People), dan ROI (Profit).



5. Social License to Operate (SLO)

SLO adalah bentuk persetujuan tidak tertulis dari masyarakat agar perusahaan bisa beroperasi dengan damai.

Penting karena: Tanpa dukungan sosial, perusahaan bisa menghadapi boikot, demo, atau kerugian reputasi.



6. Tiga Dimensi Aspek Sosial Kemasyarakatan

- Sosio-ekonomi: Pemberdayaan ekonomi lokal.

- Sosio-kultural: Menjaga nilai budaya lokal saat membangun fasilitas.

- Sosio-politik: Keterlibatan dalam forum kebijakan publik.



7. Kerangka Hukum dan Regulasi di Indonesia

UU No. 40 Tahun 2007 mewajibkan perusahaan melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), khususnya bagi PT yang menjalankan usaha berbasis sumber daya alam.



8. Tiga Standar Internasional Terkait Aspek Sosial

- ISO 26000: Panduan tanggung jawab sosial.

- UN Global Compact: Prinsip hak asasi manusia, buruh, lingkungan.

- GRI Standards: Standar pelaporan dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan.



9. Kebijakan Nasional Mendorong Tanggung Jawab Sosial

Melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) bagi BUMN, serta insentif pajak bagi CSR yang terintegrasi dengan pembangunan daerah.



10. Tren dan Perkembangan Regulasi Sosial

Ada pergeseran dari sukarela ke kewajiban hukum. Transparansi dan pelaporan keberlanjutan kini menjadi bagian dari standar audit.

Dampaknya: Perusahaan dituntut lebih bertanggung jawab secara publik dan terukur.

Studi Kasus: Perusahaan Furniture dengan Rantai Pasok Global

1. Langkah Uji Tuntas (Due Diligence) Sosial di Rantai Pasok:



Pemetaan Rantai Pasok: PT Mandala Interior perlu memetakan pemasok kayu, pabrik pengolahan bahan mentah (seperti plywood, MDF), mitra pengrajin lokal, serta distributor logistik untuk mengetahui potensi risiko sosial yang tersebar di berbagai wilayah.

Penilaian Risiko Sosial: Identifikasi risiko seperti penggunaan kayu ilegal dari kawasan konservasi, pekerja anak di pabrik kecil pengrajin, upah minimum yang tidak terpenuhi di bengkel kerja, atau praktik kerja tidak aman seperti minimnya APD (alat pelindung diri).

Audit Sosial dan Monitoring: Lakukan audit lapangan rutin ke pabrik pengrajin, pemasok bahan baku, dan mitra finishing (seperti pelitur atau upholstery), termasuk wawancara langsung dengan pekerja untuk mendengar kondisi kerja mereka.

Mekanisme Pengaduan: Sediakan saluran pelaporan aman dan anonim seperti hotline WhatsApp atau email khusus bagi pekerja dan pengrajin dalam rantai pasok yang ingin menyampaikan keluhan atau pelanggaran hak kerja.


2. Kerja Sama dengan Pemasok untuk Perbaikan Sosial:



Kode Etik Mitra Produksi: Terapkan kode etik yang jelas untuk mitra, melarang pekerja anak, mewajibkan jam kerja manusiawi, serta menjamin adanya sistem upah layak dan jaminan sosial dasar.

Pelatihan Pengrajin dan Karyawan: Berikan pelatihan tentang keselamatan kerja, ergonomi saat memproduksi furniture, penggunaan alat secara aman, dan pentingnya standar hak asasi manusia di tempat kerja.

Insentif Kinerja Sosial: Tawarkan keuntungan lebih seperti kenaikan volume pesanan, kontrak jangka panjang, atau sertifikasi mitra unggulan bagi pemasok dan pengrajin yang konsisten menjalankan standar sosial tinggi.

Perubahan Pola Permintaan: Hindari praktik seperti pesanan mendadak atau revisi desain di menit akhir yang bisa memaksa bengkel kerja lembur ekstrem atau mengejar target secara tidak manusiawi.


3. Komunikasi ke Konsumen dan Pemangku Kepentingan:



Laporan Keberlanjutan: Terbitkan laporan keberlanjutan tahunan yang menampilkan upaya PT Mandala Interior dalam menjamin kesejahteraan pekerja, pemanfaatan bahan ramah lingkungan, serta keterlibatan komunitas lokal.

Label Transparan: Tambahkan label atau stiker pada produk seperti “diproduksi secara etis”, “mendukung pengrajin lokal”, atau “tanpa pekerja anak” untuk memberi informasi nilai tambah kepada konsumen.

Media Sosial dan Edukasi: Gunakan Instagram, TikTok, dan YouTube untuk membagikan cerita inspiratif dari para pengrajin, kisah keluarga pengrajin yang kehidupannya meningkat, serta proses produksi yang etis dan transparan.

Kemitraan dengan LSM: Gandeng LSM yang fokus pada isu tenaga kerja, kehutanan lestari, atau pemberdayaan lokal untuk melakukan audit independen dan meningkatkan kredibilitas praktik sosial perusahaan di mata publik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PT VISANTORO

M07 Latihan Soal : Konsep dan Fungsi Aspek Manajemen dan Organisasi

M10 Latihan Soal : Konsep dan Fungsi Aspek Finansial 2